BELAJAR, belajar, dan belajar. Barangkali ketiga kata itu
diulang-ulang akan melahirkan dibenak kita rasa kejenuhan. Tetapi, jika kita
mau mencermatinya ternyata belajar merupakan kebutuhan kita sebagai makhluk
Tuhan yang diberikan berbagai potensi yang harus dikembangkan melalui proses
belajar.Dalam kehidupan sehari-hari, orang akan semakin bijaksana dan dapat
memecahkan persoalan dalam kehidupannya adalah melalui belajar. Belajar bisa
dilakukan melalui pendidikan formal, non formal maupun belajar dari pengalaman
hidup yang kita jalani.
Dalam ajaran Islam, belajar merupakan kewajiban bagi
ummatnya. Kewajiban ini tidak bisa diwakilkan kepada orang lain, akan tetapi
setiap orang berkewajiban untuk menuntut ilmu. Ilmu merupakan penerang bagi
kehidupan. Orang yang tidak memiliki ilmu ibarat pendaki gunung yang tidak
membawa peta perjalanan. Para ulama pernah mengatakan bahwa ilmu itu cahaya dan
bodoh itu bahaya.
Pepatah mengatakan, “Hiasilah hidup ini dengan ilmu agar
hidup terasa mudah.” Pepatah tersebut sangat tepat sebab seseorang akan
menempuh hidup dengan mudah dan lancar dengan dengan ilmu. Ilmu merupakan
penerang bagi kehidupan. Bahkan, Baginda Rasulullah Saw menegaskan kepada
ummat-nya bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
segenap umat Islam baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan Beliau menegaskan
kembali seandainya umat Islam ingin meraih kebahagiaan (kesuksesan hidup baik
di dunia maupun di akhirat) adalah dengan ilmu.
Berkenaan dengan pentingnya ilmu, Saidina Ali RA pernah
berkomentar bahwa ada dua manfaat bagi orang yang memiliki ilmu pengetahuan,
yaitu: Pertama, ilmu akan menjaganya. Kedua, ilmu tidak akan pernah berkurang
walaupun orang yang memiliki ilmu tersebut mengajarkan kepada orang lain.
Sejalan dengan pemikiran di atas, menurut Syekh Al-Jarnuji
ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi para penuntut ilmu agar ilmu yang
dimilikinya bermanfaat. Di antaranya; Pertama, kita harus menghargai ahli
(pemilik) ilmu. Kedua, kita harus menghargai ilmu yang sedang dipelajari. Hal
tersebut harus berjalan sinergis agar kita dapat meraih keberkahan ilmu, berkah
dalam arti bahwa ilmu yang kita dimiliki membuahkan kebaikan yang terus
bertambah.
Timbul pertanyaan, ilmu apa yang harus kita raih? Jawabannya
ilmu yang membawa kepada ketaatan kepada Allah dan bermanfaat bagi diri pribadi
dan umat manusia. Nah, yang menjadi persoalannya kita sering kali terjebak
dengan pemahaman yang keliru bahwa dalam Islam ada dikhotomi (pemisahan) antara
ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, sehingga dalam meraih ilmu kita
seringkali memilih dan memilah.
Saya berkeyakinan, bahwa kita dianjurkan untuk meraih ilmu
baik ilmu agama maupun ilmu umum (keduniaan), sebab keduanya bersumber dari
Allah SWT. Bukankah Allah SWT menciptakan ayat (tanda) berupa ayat qauliyah dan
ayat qauniyah! Ayat qauliyah berupa Al-Quran dan Hadits sedangkan ayat qauniyah
berupa alam buana ini yang harus kita pelajari.
Dunia Islam dan Barat
Jika kita pelajari perjalanan baik di dunia Islam maupun di
dunia Barat, ada hal yang menarik terkait dengan kondisi masyarakat pada saat
itu yang gemar menuntut ilmu. Umat Islam pada masa keemasan mengalami kemajuan
kebudayan dan peradaban yang luar biasa antara pertengahan abad ke-8 hingga
permulaan abad ke-13 Masehi.
Para ulama pada saat itu sangat kreatif mengkaji,
mengasimilasikan buku-buku versi tua dan Klasik Yunani, dan menulis buku. Maka
pada zaman keemasan, dunia Islam telah melahirkan para ulama sekaligus ilmuwan
yang sampai saat ini karyanya tetap menjadi rujukan di antaranya; Al-Kindi,
ArRazi, Al-Khawarizmi, Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd (Averroes), dan
lain-lain.
Setelah masa keemasan Umat Islam berlalu, orang-orang Barat
akhirnya menjadi bangsa yang maju karena mereka mau belajar dari kehebatan kebudayaan
dan peradaban Islam dan sampai saat ini dunia Barat menguasai berbagai
penemuan-penemuan dan teknologi mutakhir. Menurut Philip K Hitti, kebangkitan
intelektual dan kebangunan kultural Barat terjadi setelah sarjana-sarjana Eropa
mempelajari, mendalami dan menimba begitu banyak ilmu-ilmu Islam dengan cara
menerjemahkkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam ke dalam bahasa Eropa. Mereka
dengan tekun mempelajari bahasa Arab untuk dapat menerjemhakan buku-buku ilmu
pengetahuan Islam itu (serupa dengan para sarjana Islam ketika memulai
kebangunan kebudayaan klasik Yunani ke dalam bahasa Arab. (Faisal Ismail,
2004:219).
Adapun sumbangan-sumbangan kebudayaan dan peradaban umat
Islam pada masa keemasan masuk kepada dunia Barat melalui jalur Syiria,
Spanyol, dan Sicilia. Inilah yang menjadi dasar ilmu pengetahuan yang menguasai
alam Barat pada abad pertengahan yang memicu terjadinya mata rantai
Renaissance.
Atas dasar di atas, barangkali kita harus belajar dari
pengalaman negara-negara lain yang memiliki komitmen untuk maju. Sebenarnya
bangsa Indonesia akan maju jika mau belajar, kita harus yakin bahwa kita
merupakan negara besar dilihat dari potensi alam dan kuantitas jumlah penduduk.
Sudah saatnya belajar menjadi sebuah budaya positif yang menjadi tolak ukur
kemajuan bagi bangsa Indonesia.
Mengutif konsep paradigma learning yang digagas oleh UNESCO,
ada empat visi pendidikan menuju abad ke-21, di antaranya; Pertama, learning to
think (belajar berpikir). Ini berarti berorientasi pada pengetahuan logis dan
rasional. Kedua, learning to do (belajar berbuat hidup). Aspek yang ingin
dicapai dalam visi ini adalah keterampilan seorang anak didik dalam
menyelesaikan problem kehidupan. Ketiga, learning to live together (belajar
hidup bersama). Keempat, learning to be (belajar menjadi diri sendiri). (dalam
Indra Djati Sidi, 2000:26).
Visi yang digagas UNESCO merupakan visi pendidikan yang
tentunya harus menjadi inspirasi pendidikan di Indonesia. Belajar bukan berarti
menuntut pelajar harus pintar secara akademis, akan tetapi belajar dapat
menumbuhkan jiwa kemandirian, berakhlak mulia, menumbuhkan watak kepribadian
sehingga anak dapat memahami dan memecahkan persoalan hidupnya. Semoga.
By DADAN SAEPUDIN Staf Pengajar di MTs Mathla’ul Anwar, MA
Al-Luthfah, dan MTs Yahisha Kabupaten Bandung Barat. Aktif di Forum Komunikasi
Guru Honor Sekolah KBB sebagai Sekretaris Umum.
Sumber : http://padepokanguru.org/2011/12/15/membangun-masyarakat-belajar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar